Haruskah Dalam Merekrut Anggota Baru, Organisasi Mahasiswa Harus Membuli ?




            Awal semester ganjil, semua organisasi di Kampus ramai-ramai  sibuk untuk merekrut dan menarik anggota baru dengan berbagai promosi-promosi yang diperlihatkan pada mahasiswa baru. Demi keberlangsungan organisasi yang mereka tekuni. Namun, semakin hari, minat mahasiswa untuk berorganisasi makin rendah. Salah satu penyebab terbesar yang kami temukan, banyak dari mahasiswa beralasan bahwa mereka malas, takut, atau bahkan trauma dalam mengikuti perekrutan oleh organisasi yang akan diikuti.
Tidak perlu kita sembunyikan lagi bahwa membuli anggota baru menjadi sebuah budaya dalam system organisasi kita yang sudah menjadi turun- temurun dari generasi ke generasi organisasi mahasiswa di Kampus. Jika tidak dibuli rasanya tidak lengkap hati para senior untuk menerima anggota baru tersebut. Salah satu yang paling terkenal dan ditakuti oleh mahasiswa adalah panitia kordinator lapangan (KORLAP), merekalah yang bertugas membuli atau menggojlok para anggota baru sebelum resmi menjadi anggota. Padahal, membuli sudah dilarang keras dalam system pendidikan kita, karena tidak sesuai dengan amanat UU pendidikan Indonesia. Tetapi, sulit sekali memberantas mafia-mafia buli ini. Hal ini bagaikan dengan memberantas koruptor-koruptor yang sudah mendarah daging di negeri ini.
Sebutlah KORLAP sebagai perwakilan organisasi untuk membuli, mereka beralasan bahwa “anggota baru bukanlah dibuli karena kami tidak melakukan kontak badan secara langsung, kami hanya menyuruh mereka dengan suara keras”. Apa bedanya dengan membuli, kalau kita disuruh guling di rerumputan, tanah becek dan sebagainya. Hal inikan sama saja dengan kontak fisik walaupun ini bukan dilakukan dengan tangan dan kaki. Tapi, melakukannya dengan suara keras (membentak) dan mengeluarkan kata-kata kotor.
Alasan kedua Mereka adalah kami melakukan ini untuk mendisiplinkan anda dengan ala  militer yang sudah terbukti manjur dalam mendisiplinkan orang”, saudara !!! kita ini bukan militer. Militer itu berjuang dengan senjata, sedangkan kita itu berjuang dengan pena dan pemikiran. Serta memberikan solusi bagi masalah yang terjadi di sekitar kita. Memang bagus tujuannya untuk mendisiplinkan, namun cobalah anda berfikir kreatif untuk mengemas kembali cara-cara tersebut dengan lebih bijak bukan harus ditelan mentah-mentah.
Salah satu hal yang paling dibenci oleh mahasiswa (anggota baru) adalah ketika direndam di Air. Baik itu berupa sungai, danau, selokan dan sebagainya. Bayangkan ini dilakukan ketika tengah malam. Coba  bayangkan, disinilah rasa penyesalan itu muncul karena telah mengikuti organisasi ini. Hal itu sekali lagi, telah menjadi budaya dalam organisasi tercinta kita ini, mereka sudah merencanakan untuk mencari lokasi biar tengah malamnya bisa direndam di Air dingin. Mereka beralasan bahwa ini untuk memperkuat dan mengokohkan hati dan jiwa anggota baru untuk terus mengabdi dan memberikan kontribusi terhadap organisasi tersebut. Apa buktinya dengan merendam , royalitas anggota baru kepada organisasi semakin kuat?. Hal ini bahkan, telah memberikan efek trauma kepada anggota baru untuk tidak memasuki organisasi lain, karena mereka pasti sudah tahu bahwa mereka akan direndam di organisasi lainnya dan membuat mereka malas untuk berpartisipasi dalam berorganisasi.
Untuk organisasi kampus yang mengatakan bahwa dirinya sebagai agent of change, sudah seharusnya kita melakukan perubahan dalam  system organisasi. Mari kita berikan ide yang lebih kreatif dan inovatif, bukan hanya sebagai pewaris budaya dari para senior. Namun, juga sebagai pembuat budaya yang lebih baik dari budaya sebelumnya untuk nusa dan bangsa.
Mohon maaf apabila ada kesalahan kata atau menyinggung perasaan para pembaca. Saya hanya memberikan pandangan untuk kebaikan organisasi kita ke depannya.
Salam mahasiswa
Hidup mahasiswa !!!!!!!!!!!!!!!1

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM TEKSTUR TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA (UJI LIPID DAN KOLESTROL)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA (ASAM AMINO DAN PROTEIN)