RANGKUMAN ILMU TAJWID
Mengetahui hukum ilmu tajwid adalah fardu kipayah, apabila dalam suatu kampung salah seorang atau lebih ada yang ahli maka kewajibannya yang lain pun akan gugur. tetapi, ilmu tajwid sangat kita perlukan karena tanpa ilmu itu kehusu'an kita dalam beribadah akan sulit didapatkan. tanpa kita bisa membaca alquran kita tidak mungkin mendekatkan diri kepada Allah SWT. oleh karena itu, marilah kita sama-sama belajar mengaji sampai kita mati, insya allah.
A. HUKUM NUN MATI
1. Izhar Halqi, izhar artinya jelas jadi
setiap nun suku atau tasdyd bertemu dengan
huruf izhar harus dibaca jelas
Huruf-huruf izhhar adalah : ء ـ ة ـ ع ـ ح ـ غ ـ خ
Huruf-huruf izhhar adalah : ء ـ ة ـ ع ـ ح ـ غ ـ خ
Contoh-contoh izhar:
مِنْ هَادٍِ ـ مِنْ عِلْمٍِ ـ عَيْنٍِ ءانِيَةٍِ -فَرِيْقًَا هَدَى ـ يَنْهَوْنَ ـ أَنْعَمْتَ
2. Idgham, yaitu pengucapan nun mati atau tanwin secara lebur ketika bertemu huruf-huruf idgham, atau pengucapan dua huruf seperti dua huruf yang di-tasydid-kan. Ketentuan ini berlaku ketika pertemuan nun mati dengan huruf idgham dalam dua kata yang terpisah. Idgham dibagi dua yaitu:
> Idgham bighunnah yaitu harus dibaca lebur dengan agak dengung, jika nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf bigunnah yaitu: ي ـ ن ـ م ـ و. Contohnya : أَنْ يَضْرِبَ ـ خَيْرًا يَ
> Idgham bila ghunnah yaitu jika nun suku atau tanwin bertemu huruf bilagunnah yaitu : ل ـ ر harus dimasukkan ke dalam huruf bilagunnah tanpa meleburkan atau mendengungkan,
Contohnya: مَالاًَ
لُّبَدًا ـ
Dikecualikan empat kata yang tidak
boleh dibaca sesuai dengan kaidah ini, karena pertemuan nun mati dengan huruf
idgham dalam satu kata. Cara membacanya harus jelas dan disebut izhhar muthlaq,
yaitu:
الدُّنْيَا ـ بُنْيَانْ ـ قِنْوَانْ ـ صِنْوَانْ
الدُّنْيَا ـ بُنْيَانْ ـ قِنْوَانْ ـ صِنْوَانْ
3.
Iqlab, yaitu jika nun mati atau tanwin yang bertemu dengan huruf
ba’ maka berubah menjadi mim dan
disertai dengan ghunnah. Yaitu dengan memasukkannya ke huruf ba’
Contoh : أَن بُوْرِكَ ـ يَنْبُوْعً ـ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ
Contoh : أَن بُوْرِكَ ـ يَنْبُوْعً ـ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ
4.
Ikhfa’ Haqiqi, yaitu jika nun mati atau tanwin ketika bertemu
dengan huruf-huruf ikhfa’ memiliki sifat antara izhhar dan idgham dengan
disertai ghunnah yaitu dibaca dengan samar-samar . Huruf-huruf ikhfa’ berjumlah
15, yaitu:
ص ـ ذ ـ ث ـ ك ـ ج ـ ش ـ ق ـ س ـ د ـ ط ـ ز ـ ف ـ ت ـ ض ـ ظ
ص ـ ذ ـ ث ـ ك ـ ج ـ ش ـ ق ـ س ـ د ـ ط ـ ز ـ ف ـ ت ـ ض ـ ظ
Contohnya: مِنْ صِيَامٍِ ـ فَانْصُرْنَا ـ مَاءًَ ثَجَّاجًا ـ قَوْلاًَ سَدِيْدًا
B. HUKUM MIM MATI
– Ikhfa’ Syafawi, yaitu
apabila mim mati bertemu dengan ba’. Cara pengucapannya mim tampak samar (bibir
tanpa ditekan kuat) disertai dengan ghunnah, seperti memanjangkan sedikit
sukunnya. Contoh: تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍِ
– Idgham Mitslain, atau
idgham mimi yaitu apabila mim mati bertemu dengan mim. Cara pengucapannya harus
disertai dengan ghunnah.
Contoh: إنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَةٌ
Contoh: إنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَةٌ
– Izh-har Syafawi, yaitu
apabila mim mati bertemu dengan selain huruf mim dan ba’. Cara pengucapannya
adalah mim harus dibaca jelas, harus tampak jelas tanpa ghunnah, terutama
ketika bertemu dengan fa’ dan waw. Sedikitpun mim tidak boleh terpengaruh
makhroj fa’ dan waw walaupun makhrojnya berdekatan/sama. Contoh:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ـ هُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ
C. HUKUM MIM DAN NUN BERTASYDID
(gunnah musaddyadyah)
Gunnah artinya
dengung, jadi harus dibaca dengung dengan menahan tyasdidnya,
Setiap mim dan nun yang bertasydid
wajib dighunnahkan. Ketika membaca mim yang bertasydid cara membacanya bibir
harus merapat dengan sempurna, dan ketika membaca nun yang bertasydid ujung
lidah harus menempel pada makhroj nun dengan sempurna/kuat. Contoh:
عَمَّ يَتَسَاءَلُوْنَ ـ فَأُمُّهُ هَاوِيَةًَ ـ يَـأَيُّهَاالْمُزَّمِّلْ
عَمَّ يَتَسَاءَلُوْنَ ـ فَأُمُّهُ هَاوِيَةًَ ـ يَـأَيُّهَاالْمُزَّمِّلْ
D. HUKUM LAM TA’RIF (ALIF LAM)
Berdasarkan cara pembacaannya ini,
alif lam dibagi menjadi dua macam :
– Alif Lam Qamariyah, yakni
alif lam harus dibaca jelas ketika menghadapi huruf-huruf berikut: ء ـ ب ـ غ ـ ح ـ ج ـ ك ـ و ـ خ ـ ف ـ
ع ـ ق ـ ي ـ م ـ ه
Contoh : الْخَالِقُ ـ الْعِلْمُ ـ الْقَادِرُ ـ الْمَرْجَانْ ـ الْجَنَّةُ
Contoh : الْخَالِقُ ـ الْعِلْمُ ـ الْقَادِرُ ـ الْمَرْجَانْ ـ الْجَنَّةُ
– Alif Lam Syamsiyah, yakni
alif lam harus dibaca idgham (masuk ke dalam huruf berikutnya) apabila bertemu
dengan huruf-huruf berikut:
ط ـ ث ـ ص ـ ر ـ ت ـ ض ـ ذ ـ ن ـ د ـ س ـ ظ ـ ز ـ ش ـ ل
Contoh: النُّوْرُ ـ الدِّيْنُ ـ الصَّلاَةُ ـ اللَّيْلُ
ط ـ ث ـ ص ـ ر ـ ت ـ ض ـ ذ ـ ن ـ د ـ س ـ ظ ـ ز ـ ش ـ ل
Contoh: النُّوْرُ ـ الدِّيْنُ ـ الصَّلاَةُ ـ اللَّيْلُ
E. HUKUM MAD
Mad adalah memanjangkan lama suara
ketika mengucapkan huruf mad. Huruf mad ada tiga yaitu :
– و (waw sukun) yang huruf sebelumnya berharokat dhommah.
– ي (ya’ sukun) yang huruf sebelumnya berharokat kasrah.
– ا (alif) yang huruf sebelumnya berharakat fat-hah. Contoh: نُوحِيـهَـا
Mad secara umum terbagi menjadi dua, yaitu Mad Ashli dan Mad Far’i.
– و (waw sukun) yang huruf sebelumnya berharokat dhommah.
– ي (ya’ sukun) yang huruf sebelumnya berharokat kasrah.
– ا (alif) yang huruf sebelumnya berharakat fat-hah. Contoh: نُوحِيـهَـا
Mad secara umum terbagi menjadi dua, yaitu Mad Ashli dan Mad Far’i.
I. Adapun pembagian mad Ashli adalah
sebagai berikut:
a. Mad Thabi’i, yaitu mad yang tidak terpengaruhi oleh sebab hamzah atau
sukun, tetapi didalamnya ada salah satu huruf mad yang tiga; alif, ya’, waw.
Contoh: إِيَّاكَ
– يَدْخُلُوْنَ – فِيْ جِيْدِهَا
b. Mad Badal, yaitu apabila terdapat hamzah bertemu dengan mad.
Panjangnya 2 harakat.
Contoh: أُوْتِيَ – ءَادَمَ – إِيْمَانٌُ – اِيْتُوْنِيْ
Contoh: أُوْتِيَ – ءَادَمَ – إِيْمَانٌُ – اِيْتُوْنِيْ
c. Mad ‘Iwadh, yaitu berhenti pada huruf yang bertanwin fat-hah.
Panjangnya 2 harakat. Catatan:
Huruf Hamzah yang bertanwin fat-hah terkadang disudahi dengan alif, atau terkadang didahului alif, cara membaca tetap sama 2 harakat. Dan pengecualian berhenti pada Ta’ Marbuthah yang bertanwin fat-hah cara membacanya ta’ harus mati dan berubah menjadi Ha’.
Contoh: عَلِيْمًا حَكِيْمًا – غَفُوْرًا رَحِيْمًا – لَيْسُوْا سَوَاءًَ – جُزْءًَا
Huruf Hamzah yang bertanwin fat-hah terkadang disudahi dengan alif, atau terkadang didahului alif, cara membaca tetap sama 2 harakat. Dan pengecualian berhenti pada Ta’ Marbuthah yang bertanwin fat-hah cara membacanya ta’ harus mati dan berubah menjadi Ha’.
Contoh: عَلِيْمًا حَكِيْمًا – غَفُوْرًا رَحِيْمًا – لَيْسُوْا سَوَاءًَ – جُزْءًَا
d. Mad Tamkin, yaitu apabila terdapat ya’ bertasydid bertemu dengan ya’
sukun. Panjangnya 2 harakat.
Contoh: وَإِذَا حُيِّيْتُمْ – فِيْ الأُمِّيِّيْنَ
Contoh: وَإِذَا حُيِّيْتُمْ – فِيْ الأُمِّيِّيْنَ
e. Mad Shilah Qashirah, yaitu apabila terdapat ha’ dhamir (bunyi hu atau hi)
bertemu dengan selain
hamzah. Panjangnya 2 harakat.
Contoh: وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ – لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ
hamzah. Panjangnya 2 harakat.
Contoh: وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ – لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ
Keterangan:
– Ha’ dhamir tidak dibaca panjang 2 harakat apabila salah satu huruf sesudah atau sebelumnya mati. Kecuali ayat 69 didalam surah Al-Furqan, yaitu:
وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً maka ha’ dibaca panjang 2 harakat walaupun sebelumnya didahului huruf mati. Mad ini disebut Mad Al-Mubalaghah.
– Selain ha’ dhamir tidak dibaca panjang.
Contoh: لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفعا
– Ha’ dhamir tidak dibaca panjang 2 harakat apabila salah satu huruf sesudah atau sebelumnya mati. Kecuali ayat 69 didalam surah Al-Furqan, yaitu:
وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً maka ha’ dibaca panjang 2 harakat walaupun sebelumnya didahului huruf mati. Mad ini disebut Mad Al-Mubalaghah.
– Selain ha’ dhamir tidak dibaca panjang.
Contoh: لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفعا
II. Adapun pembagian mad Far’i
adalah sebagai berikut:
– Mad Far’i yang bertemu dengan
hamzah ada 3 macam:
a. Mad Wajib Muttashil, yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam
satu kalimat. Panjangnya 4 harakat ketika washal, sedangkan dalam keadaan waqaf
boleh dibaca 4, 5 atau 6 harakat.
Contoh: إِذَا جَاءَ نَصْرُ اﷲ – مَنْ يَعْمَلْ سُوءاًَ…
Contoh: إِذَا جَاءَ نَصْرُ اﷲ – مَنْ يَعْمَلْ سُوءاًَ…
b. Mad Ja’iz Munfashil, yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam
kalimat yang terpisah. Panjangnya 4 atau 5 harakat.
Contoh: اﷲ وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا – فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍِ
Contoh: اﷲ وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا – فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍِ
c. Mad Shilah Thawilah, yaitu apabila terdapat ha’ dhamir bertemu dengan hamzah
dalam kalimat yang terpisah. Panjangnya 4 atau 5 harakat.
Contoh: أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ – يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
Contoh: أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ – يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
– Mad Far’i yang bertemu dengan
Sukun atau Tasydid ada 5 macam:
a. Mad Farqi, yaitu mad badal sesudahnya berupa huruf yang bertasydid.
Panjang 6 harakat. Mad ini hanya terjadi pada 2 kalimat dan terdapat di dalam
tiga surat, yakni surat Al-An’am : 143-144, Yunus : 59 dan An-Naml : 59.
Lafazhnya: قُلْ ء الذَّكَرَيْنِ – ء اﷲ خَيْرٌ
Lafazhnya: قُلْ ء الذَّكَرَيْنِ – ء اﷲ خَيْرٌ
b. Mad Lazim Kilmiy Mutsaqqal, yaitu apabila huruf atau bacaan mad sesudahnya berupa huruf
yang bertasydid. Panjangnya 6 harakat.
Contoh: مِنْ دَابَّةٍ – حَـاجَّ – تَحَـاضُّوْنَ
Contoh: مِنْ دَابَّةٍ – حَـاجَّ – تَحَـاضُّوْنَ
c. Mad Lazim Kilmiy Mukhoffaf, yaitu mad badal sesudahnya terdapat huruf sukun. Panjangnya
6 harakat, dan mad ini hanya terdapat pada surat Yunus: 51 dan 91. Contoh: ءالـٰنَ
وَقَدْ كُنتُم بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ
d. Mad Lazim Harfiy Mutsaqqal, yaitu mad yang terjadi pada huruf Muqaththa’ah yang
terdapat di sebagian beberapa awal surat. Cara membaca huruf tersebut sesuai
dengan nama hurufnya, dibaca panjang 6 harakat dan diidghamkan. Contoh: الـم
= أَلِفْ لاَمْ مِيْم – طسم = طاَ سِيْن مِيْم
e. Mad Lazim Harfiy Mukhaffaf, yaitu mad yang terjadi pada huruf Muqaththa’ah yang
terdapat disebagian beberapa awal surat. Cara membaca huruf tersebut sesuai
dengan nama hurufnya, dibaca panjang 6 harakat, tetapi tanpa diidghamkan. Contoh:
ق = قَافْ – عسق = عَيْنْ سِيْنْ قَافْ
– Mad Far’i karena waqaf, ada 2
macam:
a. Mad ‘Aridh Lissukun, yaitu apabila mad thabi’i jatuh sebelum huruf yang
diwaqafkan. Panjangnya boleh 2, 4 atau 6 harakat.
Contoh: إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ – الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Contoh: إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ – الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
b. Mad Liin, yaitu apabila berhenti pada suatu huruf sebelumnya berupa
waw sukun atau ya’ sukun yang didahului oleh huruf berharakat fat-hah.
Panjangnya boleh 2, 4 atau 6 harakat.
Contoh: خَوْف – الصَّيْف – البَيْت – عَلَيْهِ – مَثَلُ السَّوْءِ
Contoh: خَوْف – الصَّيْف – البَيْت – عَلَيْهِ – مَثَلُ السَّوْءِ
6. AT-TAFKHIM DAN AT-TARQIQ
Tafkhim berarti menebalkan suara
huruf, sedangkan Tarqiq adalah menipiskannya. Tafkhim dan Tarqiq terdapat pada
3 hal :
a. Lafazh Jalalah, yaitu lafazh Allah. Al Jalalah maknanya adalah kebesaran
atau keagungan. Cara membacanya ada dua macam, yaitu tafkhim dan tarqiq.
Lafazh Jalalah dibaca tafkhim
apabila keadaannya sebagai berikut:
– Berada di awal susunan kalimat atau disebut Mubtada’ (Istilah tata bahasa Arab). Contoh: اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
– Apabila Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat fat-hah.
Contoh: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
– Apabila Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat dhammah.
Contoh: نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ
– Berada di awal susunan kalimat atau disebut Mubtada’ (Istilah tata bahasa Arab). Contoh: اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
– Apabila Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat fat-hah.
Contoh: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
– Apabila Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat dhammah.
Contoh: نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ
Sedangkan dibaca Tarqiq apabila
sebelum lafazh Jalalah huruf berharakat kasroh. Contoh: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
b. Huruf-huruf Isti’la ( خ – ص – ض – غ – ط – ق – ظ )
Semua huruf isti’la harus dibaca
tafkhim, dengan dua tingkatan. Pertama, tingkatan tafkhim yang kuat, yakni
ketika sedang berharakat fat-hah atau dhammah. Kedua, adalah tingkatan tafkhim
yang lebih ringan, yakni ketika berharakat kasrah atau ketika sukun dengan
huruf sebelumnya berharakat kasrah. Juga harus dibaca tafkhim apabila nun mati
atau tanwin (hukum ikhfa’ haqiqi) bertemu dengan huruf isti’la, kecuali apabila
bertemu dengan huruf ghain dan kha’. Sebaliknya, seluruh huruf istifal
(huruf-huruf selain huruf isti’la) harus dibaca tarqiq, kecuali ra’ dan lam
pada lafazh jalalah.
c. Huruf Ra’, dibacanya tafkhim apabila:
– Ketika berharakat fat-hah.
– Ketika berharakat dhammah.
– Ra’ sukun sebelumnya berharakat fat-hah.
– Ra’ sukun sebelumnya huruf berharakat dhammah.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf berharakat fat-hah.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf berharakat dhamaah.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya alif.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya waw.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf yang mati, dan didahului huruf
fat-hah atau dhammah.
– Ra’ sukun sebelumnya hamzah washal.
– Ra’ sukun sebelumnya huruf berharakat kasrah dan sesudahnya huruf isti’la
tidak berharakat kasrah serta berada dalam satu kalimat.
Sedangkan huruf Ra’ dibaca tarqiq apabila keadaannya sebagai berikut:
– Ra’ berharakat kasrah.
– Ra’ sukun sebelumnya berharakat kasrah dan sesudahnya bukan huruf isti’-
la, atau bertemu huruf isti’la namun dalam kata yang terpisah.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf kasrah atau ya’ sukun.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya bukan huruf isti’la dan sebelumnya di
dahului oleh kasrah.
Kemudian Ra’ yang boleh dibaca tafkhim atau tarqiq:
– Ra’ sukun sebelum berharakat kasrah dan sesudahnya huruf isti’la berhara-
kat kasrah.
– Ra’ sukun karena waqaf, sebelumnya huruf isti’la sukun yang diawali de-
ngan huruf berharakat kasrah.
– Ra’ sukun karena waqaf dan setelahnya terdapat ya’ terbuang.
– Ketika berharakat fat-hah.
– Ketika berharakat dhammah.
– Ra’ sukun sebelumnya berharakat fat-hah.
– Ra’ sukun sebelumnya huruf berharakat dhammah.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf berharakat fat-hah.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf berharakat dhamaah.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya alif.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya waw.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf yang mati, dan didahului huruf
fat-hah atau dhammah.
– Ra’ sukun sebelumnya hamzah washal.
– Ra’ sukun sebelumnya huruf berharakat kasrah dan sesudahnya huruf isti’la
tidak berharakat kasrah serta berada dalam satu kalimat.
Sedangkan huruf Ra’ dibaca tarqiq apabila keadaannya sebagai berikut:
– Ra’ berharakat kasrah.
– Ra’ sukun sebelumnya berharakat kasrah dan sesudahnya bukan huruf isti’-
la, atau bertemu huruf isti’la namun dalam kata yang terpisah.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf kasrah atau ya’ sukun.
– Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya bukan huruf isti’la dan sebelumnya di
dahului oleh kasrah.
Kemudian Ra’ yang boleh dibaca tafkhim atau tarqiq:
– Ra’ sukun sebelum berharakat kasrah dan sesudahnya huruf isti’la berhara-
kat kasrah.
– Ra’ sukun karena waqaf, sebelumnya huruf isti’la sukun yang diawali de-
ngan huruf berharakat kasrah.
– Ra’ sukun karena waqaf dan setelahnya terdapat ya’ terbuang.
7. IDGHAM
Idgham artinya memasukkan atau
melebur huruf. Idgham dibagi 3 yaitu:
a. Idgham Mutamatsilain, yaitu apabila berhadapannya dua huruf yang sama makhraj dan
sifatnya.
Contoh: اضْرِب بِّعَصَاكَ الْحَجَر – وَقَد دَّخَلُوْا – يُدْرِكـكُّمُ الْمَوْتُ
Contoh: اضْرِب بِّعَصَاكَ الْحَجَر – وَقَد دَّخَلُوْا – يُدْرِكـكُّمُ الْمَوْتُ
b. Idgham Mutajanisain, yaitu apabila berhadapannya dua huruf yang sama
makhrajnya, namun sifatnya berlainan. Yaitu pada makhraj huruf:
(ط-د-ت) – (ظ-ذ-ث) – (م-ب)
(ط-د-ت) – (ظ-ذ-ث) – (م-ب)
Contoh: قَـد
تَّبَيَّـنَ
dibaca langsung masuk ke huruf ta’
ارْكَب مَّعَنَـا dibaca langsung masuk ke huruf mim
ارْكَب مَّعَنَـا dibaca langsung masuk ke huruf mim
c. Idgham Mutaqaribain, yaitu apabila berhadapannya dua huruf yang ham-pir sama
makhraj dan sifatnya. Yaitu pada huruf ق – ك dan
ل – ر .
Contoh: أَلَمْ نَخْلُقـّكُمْ dibaca tanpa meng-qalqalah-kan qaf
وَقُل رَّبِّ dibaca tanpa menampakkan lam
Contoh: أَلَمْ نَخْلُقـّكُمْ dibaca tanpa meng-qalqalah-kan qaf
وَقُل رَّبِّ dibaca tanpa menampakkan lam
8. TANDA-TANDA WAQAF (BERHENTI)
– م yaitu tanda waqaf yang menunjukkan penekanan untuk berhenti.
– لا yaitu tanda waqaf yang menunjukkan dilarang berhenti secara total (tidak melanjutkan membaca lagi), jika sekedar mengambil nafas dibolehkan.
– صلى yaitu tanda waqaf boleh berhenti, namun washal lebih utama.
– ج yaitu tanda waqaf yang menunjukkan waqaf atau washal sama saja.
– قلى yaitu tanda waqaf yang menunjukkan lebih baik berhenti.
– yaitu tanda waqaf agar berhenti pada salah satu kata.
– م yaitu tanda waqaf yang menunjukkan penekanan untuk berhenti.
– لا yaitu tanda waqaf yang menunjukkan dilarang berhenti secara total (tidak melanjutkan membaca lagi), jika sekedar mengambil nafas dibolehkan.
– صلى yaitu tanda waqaf boleh berhenti, namun washal lebih utama.
– ج yaitu tanda waqaf yang menunjukkan waqaf atau washal sama saja.
– قلى yaitu tanda waqaf yang menunjukkan lebih baik berhenti.
– yaitu tanda waqaf agar berhenti pada salah satu kata.
9. ISTILAH-ISTILAH DALAM AL-QUR’AN
a. Sajdah. Pada ayat-ayat sajdah disunahkan melakukan sujud tilawah.
Sujud ini dilakukan di dalam atau diluar shalat, disunahkan pula bagi yang
membaca dan yang mendengarkannya. Hanya saja ketika didalam shalat, sujud atau
tidaknya tergantung pada imam. Jika imam sujud, makmum harus mengikuti, dan
begitu pula sebaliknya. Ayat Sajdah terdapat dalam surat: 7:206, 13:15, 16:50,
17:109, 19:58, 22:18, 22:77, 25:60, 27:26, 32:15, 38:24, 41:37, 53:62, 84:21,
96:19.
b. Saktah ( س ) yaitu berhenti sejenak tanpa bernafas. Ada didalam
surat: 18:1-2, 36:52, 75:27, 83:14. Contoh: كَلاَّ بَلْ رَانَ
c. Isymam, yaitu menampakkan dhammah yang terbuang dengan isyarat
bibir. Isymam hanya ada di surat Yusuf ayat 11, pada lafazh لاَ تَأْمَنَّا
d. Imalah, artinya pembacaan fat-hah yang miring ke kasrah. Imalah ada
di dalam surat Hud ayat 41, pada lafazh بِسْمِ اللهِ مَجْرَهَا dibaca
“MAJREHA”.
e. Tas-hil, artinya membaca hamzah yang kedua dengan suara yang ringan
atau samar. Tas-hil dibaca dengan suara antara hamzah dan alif. Terdapat di
dalam surat Fushshilat ayat 44, pada lafazh أَأَعْجَمْيٌّ hamzah yang kedua
terdengar seperti ha’.
f. Nun Al-Wiqayah, yaitu nun yang harus dibaca kasrah ketika tanwin bertemu
hamzah washal, agar tanwin tetap terjaga.
Contoh: نُوْحٌ ابْنَهُ – جَمِيْعًا الَّذِيْ
Contoh: نُوْحٌ ابْنَهُ – جَمِيْعًا الَّذِيْ
g. Ash-Shifrul Mustadir, yaitu berupa tanda (O) di atas huruf mad yang menunjukkan
bahwa mad tersebut tidak dibaca panjang, baik ketika washal maupun waqaf
(bentuknya bulatan sempurna, dan biasanya terdapat di mushaf-mushaf timur
tengah).
Contoh: لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُواْ
Contoh: لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُواْ
h. Ash-Shifrul Mustathilul Qa’im, yaitu berupa bulatan lonjong tegak (0) biasanya diletakkan
di atas mad. Mad tersebut tidak dibaca panjang ketika washal, namun dibaca
panjang ketika waqaf.
Contoh: أَنَاْ خَيرٌ – لَكِنَّاْ
Contoh: أَنَاْ خَيرٌ – لَكِنَّاْ
i. Naql, yaitu memindahkan harakat hamzah pada huruf sebelumnya.
Contoh: ﺑﺌﺲَ الاِسْمُ dibaca ﺑﺌﺴَلِسْمُ
Contoh: ﺑﺌﺲَ الاِسْمُ dibaca ﺑﺌﺴَلِسْمُ
(Diringkas seperlunya dari buku
“Pedoman Daurah Al-Qur’an – Kajian Ilmu Tajwid” oleh Abdul Aziz Abdur Rauf.
Al-Hafizh, Lc. Dan buku “Ilmu Tajwid Plus” oleh Moh. Wahyudi.)
Comments
Post a Comment