Gangguan Serangga Pada Tanaman
Sudah
lama disadari bahwa “gangguan pada tanaman”, kini dan seterusnya akan tetap
merupakan masalah dalam persaingan pemenuhan kebutuhan antara umat manusia
dengan organisme lain berupa “pengganggu tanaman” baik yang berstatus hama,
patogen penyebab penyakit maupun gulma. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa
persaingan antara manusia dengan serangga hama sesungguhnya sudah mulai jauh
sebelum mulainya peradaban , seperti dicatat dalam sejarah pada tahun 1400 SM,
di Mesir dilaporkan bahwa ulat-ulat telah merusak separuh tanaman gandum. Dan
banyak lagi contoh-contoh kerusakan yang ditimbulkan oleh berbagai jenis
serangga hama.
Serangga merupakan kelompok organisme yang
paling beragam jenis dan selalu mendominasi populasi mahluk hidup di muka bumi,
baik yang hidup di bawah,pada dan di atas permukaan tanah. Oleh karena itu
hampir semua jenis tanaman baik yang dibudidayakan maupun yang berfungsi
sebagai gulma selalu diganggu oleh kehadiran serangga hama tersebut. Dengan
demikian dalam proses produksi , masalah hama tersebut tidak bisa diabaikan,
karena akan mempengaruhi produksi secara kualitatif maupun kuantitatif dan
mampu merurunkan produksi sebesar 20,7%, bahkan menyebabkan kegagalan panen,
kalau tidak dilakukan pengendalian secara efektif. Oleh karena itu petani
selalu melakukan upaya pengendalian terhadap gangguan hama tersebut dengan
berbagai teknik pengendalian yang umumnya masih mengandalkan pestisida kimia.
Demikian juga halnya pada tanaman padi terdapat berbagai jenis serangga hama
dari berbagai ordo yang tingkat gangguannya berbeda pada setiap fase
pertumbuhan .
Penggerek
batang, misalnya sudah lama dikenal di Indonesia sebagai hama utama pada
tanaman padi karena larvanya memakan dan mematikan tunas. Selama fase vegetatif
[stadia muda] larva penggerek batang merusak padi dengan cara memakan bagian
dalam. Hal ini akan mematikan tunas tanaman dan gejala kematian tanaman pada
fase ini umumnya disebut “sundep” Pengkajian yang dilakukan menunjukkan bahwa
adanya sundep yang terjadi pada fase vegetatif awal sampai mencapai 30% tidak
akan menyebabkan kehilangan hasil terutama bagi varitas yang mampu membentuk
anakan banyak selama fase vegetatif dan selanjutnya menjadi anakan produktif.
Sedangkan kerusakan yang terjadi pada fase reproduktif disebut dengan gejala
“beluk”.
Untuk
lebih jelasnya akan didiskripsikan berbagai spesies penggerek batang padi yang
menyerang di Indonesia. Sering dilupakan bahwa dalam upaya pengendalian hama
perlu memperhatikan bioekologi serangga hama tersebut agar dicapai hasil yang
maksimal dengan metode pengendalian yang tepat. Pada bagian selanjutnya akan
dibahas mengenai bioekologi hama penggerek batang padi dan upaya pengelolaan
dan pengendalian hama .
BIOEKOLOGI
DAN PENGENDALIAN OPT UTAMA
1.
Bioekologi Hama, Inang, dan Lingkungan
Dalam mempelajari bioekologi hama ada banyak
komponen yang perlu dipertimbangkan, namun yang prinsip terdapat tiga komponen
utama yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Komponen tersebut adalah hama
itu sendiri yang sangat tergantung dengan faktor makanan (inang), yang tentu
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu jenis serangga
hama. Tanaman (inang) dalam pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik yang bersifat biotik maupun abiotik.
Demikian juga sebaliknya tanaman akan dipengaruhi secara langsung oleh
kehadiran penganggu tanaman yang disebut hama.Dan hama juga akan dipengaruhi
oleh cocok dan tidaknya lingkungan (biotik maupun abiotik) tempat hidupnya.
Demikian seterusnya ketiga faktor tersebut akan saling mempengaruhi antara sayu
dengan lainnya., sehingga sering disebut dengan istilah “segitiga hama” .
Sebenarnya keterkaitan hubungan antara
komponen dalam segitiga hama tersebut akan sangat dipengaruhi oleh satu
komponen yang selalu mengintervensi ketiga komponen tersebut melalui usaha
budidaya. Komponen keempat tersebut adalah manusia, yang selanjutnya keempat
komponen yang saling berpengaruh tersebut dikenal dengan istilah “segi empat
hama” Dua macam perkembangan yang dikenal dalam dunia serangga, yaitu
metamorfosis sempurna atau holometabola yang melalui tahapan-tahapan atau
stadium: telur – larva – pupa – dewasa, dan metamorfosis bertahap
(hemimetabola) yang melalui stadiumstadium: telur – nimfa – dewasa.
Pada hemimetabola, bentuk nimfa mirip dewasa
hanya saja sayap belum berkembang dan habitat (tempat tinggal dan makanan)
nimfa biasanya sama dengan habitat stadium dewasanya. Contoh hemimetabola
adalah jenis-jenis kepik seperti walang sangit, yang nimfanya menempati habitat
yang sama dengan kepik dewasa, biasanya pada daun. Jenisjenis belalang
(Orthoptera) dan lipas (Blattaria) juga termasuk hemimetabola, nimfa dan
stadium dewasanya hidup dan makan pada habitat yang sama.
Kumbang (Coleoptera), kupu-kupu dan ngengat
(Lepidoptera) dan semut serta lebah (Hymenoptera) adalah serangga holometabola.
Bentuk pradewasa (larva dan pupa) jenisjenis holometabola ini sangat berbeda
dengan stadium dewasanya. Perhatikanlah bentuk bentuk larva seperti ulat bulu,
ulat hijau, ulat jengkal yang kelak menjadi pupa dan kemudian menjadi kupu-kupu
indah dan berwarna-warni. Habitat larva bisanya sangat berbeda dari habitat
dewasanya. Ulat makan daun sedangkan kupu mengisap cairan bunga. Demikian pula,
larva lebah madu dipelihara oleh pekerja (dalam koloni), makan madu; tapi lebah
dewasa yang bersayap terbang mencari serbuk bunga sebagai makanannya.
Serangga metabola, setelah stadium larva
memasuki tahapan pupa yang “tidak aktif” (tidak makan), terbungkus dalam kulit
kepompong yang disebut puparium yang berfungsi sebagai pelindung. Serangga
termasuk berdarah dingin, sehingga pertumbuhannya banyak dipengaruhi suhu
lingkungannya. Di daerah-daerah beriklim dingin pertumbuhannya lambat,
sedangkan di daerah tropik seperti Indonesia pertumbuhan serangga relatif
cepat. Dengan demikian banyaknya generasi yang terjadi di daerah beriklim panas
lebih banyak daripada di daerah dingin.
Dengan mempelajari perilaku pertumbuhan
serangga para pakar pengendalian hama serangga mengembangkan cara-cara
pengendalian dengan menggunakan pengatur tumbuh (insect growth regulators,
IGR). Salah satunya adalah pengendalian dengan hormon pertumbuhan, yang
mengganggu pembentukan kutikel pada saat ganti kulit. Cara ini sangat efektif
dan selektif (tidak mengganggu serangga yang bukan sasaran) karena hanya
mempengaruhi serangga sasaran.
Dinamika pertumbuhan serangga hama tanaman
budidaya telah benyak diteliti dan daripadanya dihasilkan model-model
pertumbuhan yang dapat digunakan untuk meramalkan saat-saat terjadinya epidemi
pada tanaman atau inang tertentu, sehingga tindakan pengendalian dapat
dilaksanakan secara lebih tepat.
Identifikasi dan klasifikasi serangga
Pengetahuan mengenai klasifikasi serangga diperlukan agar jenis-jenis serangga
yang demikian banyaknya dapat dibedakan. Misalnya, dari sekian banyak serangga
yang menjadi hama tanaman padi, perlu diketahuimjenis-jenisnya, karena mereka
memiliki perilaku hidup yang berbeda, menyerang bagian tanaman yang berbeda
(daun, buah, batang, akar) menyebabkan kerugian yang berbeda sehingga berbeda
pula cara penanganannya.
Pada umumnya spesies-spesies serangga
dibedakan sesuai dengan kemiripan dalam penampakannya. Jenis-jenis lalat
misalnya, dibedakan dari kupu-kupa berdasarkan karakter sayap. Lalat hanya
memilki sepasang sayap, sedangkan kupu-kupu dua pasang.
Secara
hirarki, dikenal taksa-taksa (taxon, taxa) dalam klasifikasi, oleh karenanya
maka ilmu mengenai penggolongan jenis-jenis mahluk hidup biasanya disebut
taksonomi (taxonomy). Taksonomi ulat kubis misalnya adalah sebagai berikut:
•
Filum (Phylum) – Arthropoda
•
Kelas – Insecta
•
Ordo – Lepidoptera
•
Famili – Plutellidae
•
Genus – Plutella
•
spesies – Plutella xylostella
Dengan demikian nama spesies Plutella
xylostella berlaku universal bagi ulat kubis di seluruh dunia. Ekologi adalah
disiplin kajian hubungan-hubungan antar mahluk hidup dan lingkungannya.
Mengetahui kelimpahan (abundance) serangga (hama) yang menyerang tanaman
tertentu serta pengetahuan tentang kegiatan dan penampilan hama tersebut
(phenology) merupakan factor-faktor penting dalam menentukan pengendaliannya.
Beberapa hama memiliki hanya satu generasi
pada satu musim (univoltine), sedangkan ada pula yang banyak generasi per musim
(multivoltine). Dalam pengendalian hama berkonteks agrosistem biasanya hama
dianggap sebagai populasi. Atribut-atribut penting populasi adalah kerapatan,
distribusi umur, laju kelahiran dan laju kematian.
2.
Biologi
Penggerek batang dibedakan menjadi tiga
kelompok: dua spesies Scirpophaga, dua spesies Chilo, dan Sesamia. Telur,
larvva, kepompong dan dewasa dari masing-masing kelompok ini dapast dibedakan.
Tetapi untuk membedakan telur , larva dan kepompong masing-masing spesies pada
setiap kelompok sangat sulit. Namun hal yang penting adalah bahwa kita mampu
mengidentifikasi secara umum perbedaan kelompok telur, larva dan dewasa dari
ketiga kelompok penggerek tersebut di sawah.
Kelompok telur tipe pertama adalah kelompok
telur pengerek batang padi putih dan kuning ( Scirpophaga sp). Kelompok telur
penggerek ini yang paling banyak ditemukan di lapangan, yaittu berbentuk
seperti gundukan kecil yang tertutup dengan rambut-rambut cokelat mengkilat
seperti sutera dan lunak yang berasal dari rambut-rambut ujung belakang ngengat
betina. Kelompok telur biasanya diletakkan di permukaan daun dan dekat ujung
daun.
Kelompok telur tipe yang kedua adalah kelompok
telur dari penggerek batang bergaris dan berkepala gelap (Chilo spp). Kelompom
telur ini nampak seperti sisik-sisik ikan yang terang, pipih dan terletak dalam
deretan yang saling tumpang tindih. Biasanya ditemukan di bawah permukaan daun.
Kelompok telur yang ketiga adalah telur penggerek batang merah jambu ( esamia
sp). Telur –telur tersebut diletakkan di antara batang dan upih daun., biasanya
kecil-kecil , bulat dan terletak berderet.
Fase telur penggerek batang berkisar selama 1
minggu. Setelah larva pertama muncul dari kelompok telur, larva bergerak ke
bawah dan mulai menggerek bagian antara upih daun dan batang. Larva terus
berpindah dari satu anakan ke anakan yang lain. Penggerek batang padi kuning
instar kedua ditemukan mengapung dari satu anakan ke anakan yang lain di dalam
daun yang menggulung seperti ulat hama putih. Penggerek batang kuning ini mudah
diidentifikasi seperti penggerek batang yang lain., larvanya seperti larva
penggerek batang lainnya. Dan hanya ditemukan di dalam batang. Cara yang paling
baik untuk memudahkan identifikasi serangga adalah dengan cara memelihara dari
stadia larva sampai menjadi dewasa sehingga akan mudah mengenalnya.
Penggerek batang putih dan kuning tidak
mempunyai warna seperti penggerek batang bergaris dan warnanya putih sampai
kuning pucat. Larva penggerek batang bergaris dan berkepala gelap mempunyai
lima garis kecoklatan . Larva penggerek batang merah jambu mempunyai warna
merah jambu dengan kepala kemerahan.
Pupa penggerek batang biasanya ditemukan di
pangkal tanaman, pada penggerek batang putih dan kuning terdapat di bagian
batang yang paling dekat dengan tanah. Aapabila pada waktu panen tanaman tidak
dipotong hingga dekat dengan tanah , pupa pengerek batang putih dan kuning akan
tetap tinggal dalam tanaman. Pupa penggerek batang bergaris , pengerek kepala
gelap dan penggerek merah jambu biasanya berada di bagian batang yang lebih
tinggi daripada letak pupa penggerek batang kuning dan putih, sehingga biasanya
ikut terbuang dan mati bersama jerama pada saat tanaman dipanen dan dipotong
bagian batangnya. Pupa penggerek batang merah jambu ditemukan diantara batang
atau upih daun sedikit di atas permukaan air sawah. Penggerek batang putih dan
kuning akan lebih banyak dijumpai pada areal yang cara panennya dengan memotong
seluuruh bagian tanaman hingga ke bagian dasar, karena prilaku pula yang hidup
di dasar batang dekat tanah. Semua spesie pengerek batang akan menjadi masalah
pada tanaman yang cara penennya hanya memotong bagian malai saja. Tingkat
keseimbangan penggerek batang padi disuatu daerah dapat berubah bila terjadi
perubahan varietas uynag ditanam. Penggerek batang padi kuning sangat umum
dijumpai di sebagian sistem tanam, sedangkan pengerek batang putih hanya
dominan pada daerah yang tidak beririgasi, karena larva dapat bertahan
(diapause) selama musim kemarau.
3.
Gejala Kerusakan dan upaya pengendaliannya
a.
Penggerek batang padi kuning ( Scirpophaga incertulas WLK)
Sebenarnya ada sebanyak enam jenis hama
penggerek batang padi yang telah dikenal. Semuanya menimbulkan kerusakan yang
sama,yaitu dengan jalan menggrek batang, melubangi,dan memakan jaringan batang.
Akan tetapi,melubangi,dan memakan jaringan batang. Namun,di indonesia penggerek
batang kuning lebih menonjol dibandingkan dengan penggerek batang yang lain.
Hama ini menimbulkan gejala yang populer disebut “sundep”dan “beluk”.Gejala
sundep yang ditimbulkan menyebabkan pangkal padi rusak tergerek, sehingga
batang bagian pangkalnya mati dan mudah dicabut.Gejala sundep hanya terjadi
pada tanaman yang masih muda,sedangkan gejala beluk terjadi pada tanaman yang
sudah berbunga.Meskipun tanaman padi mampu berbunga ,tetapi karena pangkal
tangkai mulai digerek olehnya,maka bulir-bulir menjadi hampa dan tangkai malai
dengan mudah dapat dicabut.Ulat penggerek batang padi kuning ini panjangnya
sekitar 25 mm dan berwarna putih kekuningan sampai hijau.
Hama ini mempunyai parasit (musuh alami) yang
secara tidak langsung dapat menekan populasimya,Beberapa parasit yang sudah
diketahui ialah Telenomus sp sejenis tawon yang dapat menyerang kelompok telur
penggerek lebih dari 36%.Stanobracon sp dan,Hormiopterus schoenibivorus Rohw
dapat menyerang larva dan pupa penggerak batang padi kuning. Bila dilakukan
penyemprotan dengan insektisida (racun hama),dikhawatirkan parasit yang berguna
tersebut dapat mati.Tetapi dianjurkan untuk menggunakan insektisida berbentuk
butiran yang bila diberikan pada tanah dapat meresap kedalam batang padi
sehingga penggerek yang memakan batang padi akan mati tanpa mengganggu populasi
parasit.Insektisida granular (butiran) yang umumnya tersedia dipasar ialah
Furadan 3G,Dharmafur 3Gdan Curater 3G,penelitian yang dilakukan oleh
Dr.J.Soeyitnodi Bogor pada musim penghujan 1978/1979 menunjukan bahwa makin
banyak kita pupuk yang mengandung nitrogen seperti urea,ternyata hama menjadi
semakin banyak. Untuk mengatasi hal seperti itu,pupuk urea yang memang harus
digunakan ,harus diimbangi dengan pemakaian insektisida granular agar tanaman
padi terhindar dari serangan ulat penggerak tersebut.
b.
Penggerek batang padi putih (Scripophaga innotata WLK)
Hama
ini termasuk famili Pyralidae, Lepidoptera. Warna ulat : putih
Telur diletakkan berkelompok dipermukaan bawah
daun dan ditutupi oleh lapisan seperti beludru coklat muda.
Hama ini terdapat di indonesia dan khususnya
di pulau jawa banyak muncul pada saat kering di tempat-tempat dengan ketinggian
kurang dari 200 meter di atas permukaan laut.Di Kalimantan hama ini banyak
menyerang tanaman padi gogo di daerah transimigrasi.Hama ini menimbulkan gejala
yang sama dengan penggerek batang padi kuning yaitu sundep dan beluk.
Hama ini banyak mempunyai musuh alami atau
parasit ,parasit yang menyerang telur ,misalnya Telenomus beneficiens ,dapat
memarasit 50% dari telur yang ada ; Tetrastischus schonobii memarasit sekitar
15% dari telur yang ada ;
Ada
juga semut jenis Solenopsis geminata F yang memakan larva .Menyadari kenyataan
ini ,maka pengguna insektisida sebaiknya bukan berupa semprotan karena di
khawatirkan parasit-parasit akan mati .Sebaiknya di gunakan insektisida butiran
seperti yang dijelaskan didepan .Di samping itu,mencegah terulangnya hama ini
dapat dilakukan dengan cara membakar jerami yang terinfeksi ,membajak jerami
serta serta merendamnya dalam air pengairan .
Cara
lain yang di anjurkan untuk mengatasi hama ini ialah dengan membuang bibit yang
terserang serta membuang kelompok telur yang tampak .Karena kupu-kupu sangat
tertarik oleh cahaya lampu,sebaiknya petani menggunakan lampu minyak tanah
untuk menangkap dan mematikan kupu-kupu karena terkena api seperti untuk memberantas
hama wereng.
c.
Penggerek batang padi bergaris (Chilo supperessalis WLK)
Hama ini terbesar di beberapa tempat di
Indonesia dan menyerang tanaman padi .Selain itu ,dapat pula menyerang tanaman
padi-padian yang lain,rumput-rumput liar dan sebagainya.Tidak seperti hama
penggerek batang padi putih ataupun kuning,beberapa larva hama ini dapat hidup
bersama dalam satu ruas batang padi.Setelah menggerek 2-3 ruas ,larva akan
berpindah ke tanaman padi yang lain .Larva berwarna abu-abu dengan kepala
coklat kekuningan dan bergaris ungu memanjang. Trichogragmma sp adalah parasit
yang mamakan kelompok telur sehingga berubah warna menjadi biru-hitam.Di daerah
Lembang,Jawa Barat,serangan parasit dapat mencapai 100% sehingga menguntungkan
kita karena tidak satu pun telur yang dapat menetas.
d.
Penggrek batang ungu (Sesania inferens WLK)
Hama ini berukuran panjang sampai mencapai 30
mm.Selain menyerang tanaman padi.ia menyerang juga batang tanaman jagung dan
tebu .Sesuai dengan namanya ,larva(ulat) berwarna ungu dan merah muda memanjang
Telur diletakkan berbaris pada pelepahdaun yang terdiri atas 30-100 telur
setiap kelompok , dan menetap dalam waktu 7 hari .Larva muda memakan pelepah
daun,dan selanjutnya menggerek masuk ke dalam batang.Periode larva berlangsung
cukup lama ,yaitu 3-4 minggu ,sehingga cukup beralasan bila hama ini merusak
tanaman padi .Setelah fase larva diikuti dengan pupa ,dan menjadi serangga
dewasa dalam waktu relatif pendek.
Seperti juga penggerek batang yang lain ,larva
penggerek batang ungu ini mempunyai musuh alami atau parasit.Platy
telenomus,sejenis tawon ,memarasit telur penggerek ini di daerah
Singkang,Sulawesi selatan pengendalian dengan insektisida butiran yang
diberikan ke tanah seperti Furadan 3G,Dharmafur 3G dan Curater3G lebih baik
dari pada penyemprotan insektisida.
4.
Musuh alami dan Pengelolaan
a.
Musuh alami
Parasitoid dari kelompok tabuhan kecil sering
memparasit kelompok telur penggerek batang dengan meletakkan telurnya didalam
telur penggerek batang tersebut. Selama perkembangannya telur pengggerk batang
tersebut dihancurkan oleh parasitoid sehingga sebagian kecil saja yang menetas.
Untuk mengetahui apakah kelompok telur sudah terparasit di lapangan, maka dapat
dilakukan dengan memelihara telur tersebut yang dipindahkan ke botol plastik
atau gelas dan ditutup dengan kain halus atau dengan sumbat kapas. Setelah satu
minggu larva penggerek batang dan parasitoid kecil akan muncul dan kelompok
telur tersebut.
Kelompok telur juga dimangsa oleh sejenis
jengkrik yang berwarna gelap. Stadia larva dan pupa juga terparasit oleh
berbagai macam parasitoid yang dapat diamati dengan cara memelihara larva dan
pupa penggerek seperti cara pemeliharaan telur di atas. Ngengat penggerek juga
sering dijumpai tererangkap di sarang laba-laba atau ditangkap langsung oleh
laba-laba pemburu. Karena musuh alami dapat terbunuh dengan mudah oleh
pestisida, maka harus dipertimbangkan bagaimana melestarikan musuh alami agar
mampu berperan secara maksimal.
b.
Pengelolaan
Dalam upaya pengendalian hama penggerek batang
padi, ada dua prinsip penting yang perlu dilakukan
Pertama
: Dengan menakan populasi penggerek batang secara ,menyeluruh di areal
pertanaman yaitu dengan cara memindahkan jerami dan sisa-sisa pembajakan atau
tunggul tanaman di lahan. Cara ini akan membunuh larva dan pupa di pertanaman
pada waktu panen serta mengurangi jumlah ngengat dewasa yang akan muncul pada
musim tanam berikutnya.
Kedua
: Melindungi dan melestarikan musuh alami. Musuh-musuh alami ini berupa
parasitoid dan predator yang mampu membatasi peningkatan populasi penggerek
batang.
Dengan demikian upaya penggunaan pestisida
harus berdasarkan ambang pengendalian yang didasari dengan jumlah kelompok
telur yaitu : sebelu primordiadua kelompok telur per meter persegi . Apabila
kelompok telur di atas ambang ekonomi, peliharalah telur tersebut untuk
mengetahui perbandingan larva hama dengan parasitoid. Apabila parasitoid lebih
banyak dari pada hama , maka penggunaan insektisida tidak diperlukan.
Penggunaan insektisida harus sesuai dengan rekomendasi
c.
Pengamatan dan Ambang Pengendalian
Pengamatan merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam usaha budidaya pertanian, baik pengamatan tanaman maupun
perkebangan serangga yang terdapat pada pertanaman tersebut. Oleh karena itu
seorang petani atau petugas pertanian lapangan seharusnya melakukan pengamatan
secara reguler untuk mengetahui kondisi tanaman dan hama untuk merencanakan
opengendalian yang paling tepat.
Pada pengamatan penggerek batang padi, saat
pengamatan paling penting dilakukan pada saat pemmbentukan anakan dan pada
stadia bunting. Apabila di sawah terlihat ngengat penggerek batang atau didekat
sumber cahaya seperti lampu, maka sebaiknya diadakan pengamatan seksama
terhadap kelompok telur. Dari waktu tanam hingga waktu pengisian malai, ambang
pengendalian adalah 2 kelompok telur per 20 rumpun. Sedangkan dari masa
pengisian sampai akhir masa pembungaan ambang pengendalian adalah 1 kelompok
telur per 20 rumpun. Hal penting adalah walaupun sudah melampau ambang
pengendalian, bukan berarti penggunaan insektisida langsung digunakan, namun
perlu pengamatan kelompok telur yang dijumpai dengan cara memelihara kelompok
telur tersebut.
Apabila
setelah menetas ternyata jumlah parasitoid masih lebih banyak daripada larva
hama penggerek batang, maka penggunaan insektisida masih bisa ditunda. Hal ini
perlu dilakukan dalam rangka megoptimalkan peranan musuh alami .
e)
Hama penggerek padi merah jambu (Sesamia inferens WLK).
Hama
ini termasuk famili Pyralidae, Lepidoptera.
Warna
ulat : merah jambu
Telur
diletakkan di pelepah daun bagian dalam, oleh karena itu susah ditemukan.
Ulat
penggerek ini merupakan ulat terbesar diantara jenis penggerek padi
lainnya.
Bagian
tanaman yang diserang : batang padi dan pelepah daun. Keempat hama
tersebut
menyerang bagian tanaman yang sama.
Cara
merusak :
•
Keempat hama penggerek tersebut mempunyai cara penyerangan yang sama
•
Larva yang baru menetas bergerak menuju pelepah daun.
•
Kemudian ulat tersebut menembus pelepah daun dan menggerek jaringan pembuluh
batang serta makanan bagian dalam batang
•
Penggerekan batang ini biasanya sampai pangkal batang.
Gejalanya
serangan : Akibat serangan keempat hama tersebut juga sama yaitu :
•
Pucuk tanaman padi menjadi layu, kering serta berwarna kuning kemerah-merahan.
Pucuk mudah dicabut.
•
Kemudian daun-daun lainnya mengering dan akhirnya seluruh batang yang terserang
menjadi kering.
Kerusakan yang terjadi pada tanaman yang masih
muda yaitu sebelum berbunga dinamakan ”sundep”, sedangkan kerusakan yang
menimpaMtanaman dewasa yaitu pada waktu tanaman padi sedang bunting, dinamakan
gejala ”beluk”
Pengendalian
:
a)
Penggunaan varietas tahan
Penanaman
varietas padi yang tahan terhadap gejala sundep dan beluk, sebab varietas padi
ini memiliki sifat-sifat fissis dan kimiawi yang kurang disukai penggerek
Misalnya : Tapus, PB. 26.
b)
Sanitasi
Menjaga
kebersihan di sekitar tanaman padi terhadap rumput atau tanaman inang lain,
supaya tidak menjadi sarang untuk bersembunyi hama ini.
c)
Secara fisis dan mekanis
Menggenangi
sawah selama kira-kira 15 hari sesudah panen selesai, lalu dibajak dalam
keadaan basah atau pada akhir musim kemarau. Dengan merendam jerami, diharapkan
ulat dan kepompongnya mati.
Menyebar dan menanam benih secara serentak
dalam areal peranaman yang luas, kemudian mengadakan rotasi tanaman dengan
tanaman lain yang bukan menjadi inangnya.
Telur
yang menempel pada daun dikumpulkan, kemudian dibinasakan. Membakar jerami
sehabis panen.
F).
Wereng Coklat (Nilaparvata Lugens Stal )
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Homoptera
Sub
Ordo : Auchenorrhyncha
Family
: Delphacidae
Sub
Family : Fulgoroidea
Genus :
Nilaparvata
Spesies : Nilaparvata lugens
Wereng
batang coklat termasuk ordo, famili De Perkembangan hidupnya telurnimfa- imago.
Serangga perusaknya nimfa dan imago, nimfa mengalami 5 kali ganti kulit (5
instar). Stadia nimfa berlangsung kira-kira 30 hari. Imago betina dapat bertelur
hingga 600 telur, yang diletakkan berjajar 5-30 telur per kelompok. Selain
badannya berwarna coklat terdapat tiga buah garis yang samar-samar. Panjang
wereng 3-41/2 mm, lebar 2-2.8 mm.
Bagian
tanaman yang diserang : batang
Cara
merusak :
•
Wereng merusak tanaman padi dengan menghisap cairan batang tanaman.
•
Penyerangan ini dilakukan pada sekelompok tanaman padi.
•
Disamping itu ada yang dapat menularkan virus hingga menyebabkan tanaman padi
terkena penyakit virus, yaitu kerdil rumput (Grassy stunt)
Gejala
serangan :
•
Tanaman padi berubah warna menjadi kekuning-kuningan, kemudian mengering.
•
Pada kelompok tanaman yang mengering, akan kelihatan seperi terbakar, disebut
”hopper burn ”
•
Tanaman yang tidak mengring dapat mengalami hambatan pertumbuhan, yaitu kerdil
rumput. Kerdil rumput ini disebabkan oleh virus/mikoplasma yang ditularkan oleh
wereng tersebut.
•
Kerdil rumput ditandai dengan : Tanaman tetap kerdil (termasuk batang dan
daun), walaupun tanaman tersebut dapat bertunas banyak dan tumbuh segar.
Pengendalian
:
a)
Cara bercocok tanam
Bertanam
padi secara serempak akan memperpendek masa tersedianya makanan, maka siklus
hidup wereng dapat ditekan sehingga perkembangan populasi wereng sampai masa
panen tiba akan terhambat. Dengan cara ini pula, populasi wereng tidak akan
mencapai tingkat yang membahayakan. Hal ini dapat dilakukan pada hamparan yang
luas.
b)
Penggunaan varietas tahan
Tanaman
padi varietas ini memiliki sifat-sifat fisik dan kimiawi yang tidak
disukai
wereng, sehingga perkembangan populasi wereng dapat dihambat. Varietas padi
tahan wereng ini antara lain : IR 36, IR 48, IR 64, Porong, Sentani, IR 65,
Dodokan, Btang Pane, Cimanuk, Progo, Kelara, Citanduy, Cipunegara, Kruing Aceh,
Cikapundung dll. Varietas ini juga dapat mencegah penyakit virus/mikoplasma
yang ditularkan oleh wereng. Walaupun demikian, varietas tahan ini pada suatu
ketika dapat menjadi tida tahan lagi.
c)
Sanitasi
Diusahakan
agar areal pertanaman bersih dari rumput liar, baik disekitar tanaman maupun di
antara tanaman padi. Sebab wereng juga dapat menyerang tanaman lain, seperti
jagung, tebu atau jenis rumput yang lain.
d)
Cara biologis
Wereng
padi mempunyai musuh alami yang berupa predator dan parasid. Musuh alami ini
berupa laba-laba, kepinding mirid, kumbang kubah, kumbang tanah,
anggang-anggang, serangga pemburu air lainnya, tabuhan parasid serta jamur.
g).
Tungro (Mentek)
Virus
group : Virus
Genus
: Unassigned Virus
Penyebab
dan penularannya :
Penyakit
ini disebabkan oleh virus atau mikoplasma yang ditularkan oleh wereng
Nephotettiex apicalis. Tungro berarti pertumbuhan degeneratif, yang pernah
menyerang tanaman padi di Filipina dan Bangladesh, kemudian masuk ke
Indonesia.
Sedangkan di Thailand penyakit ini dikenal dengan Yellow orange leaf.
Menurut
Holmes, virus ini adalah Fractilinea oryzae Holmes, sedangkan menurut
Smith
ialah Oryza virus I (Fukushi) Smith. Virus tersebut bersifat non persisten
yaitu hanya dapat menimbulkan infeksi dalam jangka pendek saja.
Bagian
tanaman yang diserang : Semua bagian padi
Gejala
serangan :
•
Pertumbuhan tanaman kurang sempurna, yaitu kerdil
•
Warna daun berubah, yag bervariasi dari kuning ke merah jambu gejala ini
dipengaruhi oleh jenis padi, lingkungan, umur tanaman, dan strain virus.
•
Jumlah tunas sedikit berkurang, terutama bila virus menyerang tanaman yang
masih muda.
•
Gejala tersebut akan tampak 7-10 hari setelah wereng menularkan virus.
Akibat
serangan :
Tanaman
sakit terlambat membentuk bunga. Malai kecil dan tidak sama sekali keluar upih
daun, kebanyakan bijinya hampa atau terisi sebagian, dan sering
mempunyai
bercak-bercak coklat tua. Tanaman kurang membentuk akar. Tanaman sakit cendrung
lebih rentan terhadap bercak coklat (Drechslera oryzae) dan bercak coklat
sempit (Cercospora janseana)
Pengendalian
:
Berhubung
tanaman padi tersebut mendapat serangan yang disebabkan oleh virus dan
penularannya, maka tindakan yang harus dilakukan adalah :
•
Penanaman varietas unggul resisten terhadap vektor (wereng). Ini merupakan
tindakan tepat, sebab virus adalah penyakit yang paling sukar diketahui cara
pengendaliannya.
•
Menginaktivasi virus
•
Varietas padi yang dapat ditanam ialah : Kelana, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR
42.
h)
Blas
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota
Class
: Ascomycetes
Subclass
: Sordariomycetidae
Family
: Magnaporthaceae
Genus
: Magnaporthe
Species
: Magnaporthe grisea.dan Magnaporthe salvinii
Penyakit
blas ( blast ), yang sering disebut ”penyakit Pyricularia” atau disebut juga
cendawan Pyriculari grisea CKE. Cendawan ini mempertahankan diri dengan konida
pada biji dan jerami blas adalah penyakit yang gejala serangannya mirip dengan
pertanaman yang ditiup dengan udara panas. Berbeda dengan bercak coklat (
Drechslera oryzae ), blas lebih banyak terdapat di pertanaman yang subur. Oleh
karena itu penyakit ini sering dianggap sebagai ”penyakit orang kaya”
Bagian
tanaman yang diserang : Daun, Buku-buku pada batang dan ujung tangkai malai
Gejala
serangan :
a.
Busuk daun ( Rice blast )
•
Mula-mula pada daun muda tampak bercak-bercak berbentukbelah ketupat, kedua
ujungnya memenjang searah dengan urat daun.
•
Bagian tepi bercak-bercak tersebut berwarna coklat, sedang tengahnya berwarna
putih abu-abu.
•
Bila terjadi serangan pada daun tua, tampak bercak-bercak yang lebih kecil dan
bercak-bercak ini cendrung bergabung menjadi satu pada pangkal helai daun
sehingga tampak mengering seperti terbakar.
b.
Busuk gelang buku ( Node blast )
•
Tanaman yang telah keluar malai, menjadi sasaran cendawan, terutama bagian
buku-buku batang.
•
Buku-buku batang berubah warna menjadi coklat kehitam-hitaman dan berkerut,
kemudian mengering dan mudah patah.
•
Malai padi menjadi kuning, butir padi tidak terisi penuh atau hampa.
c.
Busuk leher ( Neck rot )
•
Ujung tangkai melai dan cabang-cabang didekat pangkal malai menjadi busuk.
•
Leher malai berkerut dan berwarna coklat kehitaman
•
Malai berwarna kuning, butir padi hampa atau terisi sebagian
Akibat
Serangan :
•
Apabila serangan terjadi pada daun, maka proses pemasakan makanan terhambat
sehingga mempengaruhi proses-proses lainnya.
•
Apabila serangan terjadi pada biji, mengakibatkan butiran padi menjadi hampa,
sehingga produksi pun merosot,
Pengendalian
:
Secara
fisis dengan cara tindakan preventif yang perlu dilakukan ahíla batang dan
jerami sisa tanaman sebelumnya harus dibakar. Apabila tampak ada gejala
penyakit tersebut. baik yang terjadi di persemaian maupun disawah, maka sawah
perlu digenangi air secukupnya.
Penanaman
varietas unggul yang resisten seperti ; Sentana, Cimandiri, Dodokan, IR 48, IR
36, dan Si Ampat. Pengelolaaan pupuk N yang tepat yaitu pemberian pupuk tidak
bersamaan dengan waktu tanam, pada saat pertengahan fase vegetatif dan fase
mulai pembentukan bulir.
Hama
tanaman jagung :
a.
Lalat bibit (Atherigona exigua Stein; A. oryzae; A.orientalis) Memiliki ciri
tubuh berwarna abu-abu. Punggung berwarna kuning kehijauan dan bergaris, dan
perut berwarna cokelat kekuningan.adapun telur berwaran mutiara. Panjang lalat
yaitu 3-3,5 cm.
Gejala
: Daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan, di sekitar bekas gigitan atau
bagian yang terserang mengalami pembusukan dan Pertumbuhan tanaman menjadi
kerdil atau mati.
Pengendalian
: Penanaman serentak dengan selisih waktu 10 hari, penerapan pergiliran tanaman
dengan tanaman bukan inang, pencabutan dan pemusnahan tanaman yang terserang
lalat bibit harus agar hama tidak menyebar, kebersihan di areal penanaman
dijaga dan selalu di perhatikan, terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus
sebagai gulma sedangkan Pengendalian secara kimiawi dengan penggunaan
insektisida yang efektif pada benih, misalnya Marshal 25 ST. penggunaan dosis
sesuai aturan pakai.
b.
Lundi/uret, merupakan larva dari kumbang Holotrichia helleri Brsk. Bentuk lundi
seperti ulat yang berwarna putih, tetapi hidup di dalam tanah.
Gejala
: Tanaman layu karena perakaran rusak.
Pengendalian
: Penerapan pergiliran tanaman, pengolahan tanah untuk mematikan larva,
pengaturan waktu tanam dengan cara menanam sebelum musim hujan sedangkan
Pengendalian secara kimiawi dengan insektisida pada saat tanam.
c.
Ulat pemotong (Agrotis sp. Atau disebut juga A.ipsilon) Ulat pemotong memiliki
nama ilmiah Agrotis sp. Atau disebut juga A, ipsilon.
Gejala
: Tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan
tanah yang ditandai dengan adanaya bekas gigitan pada batangnya. Akibatnya,
tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah.
Pengendalian
: Penanaman secara serentak pada areal yang luas, penerapan pergiliran
tanaman.ulat yang biasanya terdapat didalam tanah dicari dan dibunuh, sebelum
ditanami jagung, lahan disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.
d.
Penggerek tongkol merupakan larva dari ngengat heliotis armigera Hbn.
Gejala
: Menyerang tongkol dan pucuk tanaman yang akhirnya tanaman mati, Bunga jantan
(malai) diserang sehingga tidak akan berkembang menjadi malai. Dengan demikian,
hasil produksi berkurang.
Pengendalian
: Penerapan pergiliran tanaman, Penanaman serentak, Pemusnahan ulat. Penyemprotan
insektisida cair atau pemberian insektisida butiran pada pucuk tanaman saat
tanaman berumur 4 minggu.
Daftar
pustaka
https://guncitorvum.wordpress.com/xmlrpc.php
Comments
Post a Comment