Pengelolaan hama tebu
PENDAHULUAN
1.
1. Latar Belakang
Tebu merupakan
salah satu tanaman sebagai penghasil gula. tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman
ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa
dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. di Indonesia tebu banyak dibudidayakan
di pulau Jawa dan Sumatra. Untuk bahan
baku pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin
pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut
disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari
proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan
sisanya berupa tetes (molasse) dan air.
Daun tebu yang kering adalah biomassa yang mempunyai nilai
kalori cukup tinggi. Ibu-ibu di pedesaan sering memakai dadhok itu sebagai
bahan bakar untuk memasak;selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan
bakar ini juga cepat panas. dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan
juga ampas batang tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya
digunakan untuk proses produksi dan pembangkit listrik.
Gula merupakan salah satu komoditas
strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal sekitar 400 ribu ha pada
periode 2007-2009, industri gula
berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu
petani dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar 1. 3 juta
orang. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat, maka dinamika
harga gula akan mempunyai pengaruh langsung terhadap laju inflasi.
Seiring dengan pertambahan populasi
penduduk, pada tahun-tahun mendatang kebutuhan gula dalam negeri diperkirakan
akan terus meningkat. Pada tahun 2009 dengan populasi 225 juta jiwa dan
rata-rata konsumsi gula 12 kg per kapita, kebutuhan gula untuk konsumsi langsung
mencapai 2, 7 juta ton dan konsumsi tidak langsung 1, 1 juta ton. Tingkat
konsumsi gula saat ini masih jauh di bawah saturation level yang umumnya
dicapai negara-negara maju (30-55 kg/kapita/tahun). Pada tahun 2010 kebutuhan gula Indonesia
diproyeksikan mencapai 4, 15 juta ton atau naik rata-rata 3, 87 % per tahun. Kesenjangan antara kebutuhan dan produksi gula
domestic tampaknya masih akan terus berlangsung. Pada saat ini, kesenjangan itu sekitar 32% dari kebutuhan
konsumsi dan diatasi dengan impor gula. Dalam kondisi keterbatasan devisa dan
kecenderungan harga gula dunia yang meningkat, impor gula akan menimbulkan beban berat bagi
perekonomian nasional di masa depan. Atas dasar itu, maka upaya peningkatan produksi dalam negeri
merupakan pilihan kebijakan yang rasional sejauh upaya itu dapat dipertanggung jawabkan
dari segi efisiensi penggunaan sumberdaya.
1. 2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk
Mengetahui gejala -gejala kerusakan pada hama tanaman tebu dan mengetahui cara
pengendalian hama tanaman tebu.
ISI
Tebu
(Saccharum Officinarum L. ) merupakan tanaman perkebunan semusim yang di
dalam batangnya terdapat zat gula. tebu termasuk keluarga rumput-rumputan
seperti halnya padi, jagung, bambu dan lain-lain. Gula adalah salah satu kebutuhan pokok yang di
konsumsi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, pabrik-pabrik manisan, pabrik roti dan lain-lain, baik di skala
nasional dan internasional.
Sehingga permintaan terhadap gula setiap tahunya
terus meningkat namun kondisi yang demikian membuat pabrik-pabrik gula tidak
mampu untuk sepenuhnya memenuhi kebutuhan nasional maupun internasional akan
permintaan terhadap gula, karena jumlah pabrik yang memproduksi gula masih
cukup terbatas sedangkan permintaan terhadap gula terus meningkat.
Tanaman tebu telah dikenal sejak berabad–abad
yang lalu oleh bangsa Persia, Cina, India dan kemudian menyusul bangsa Eropa yang memanfaatkannya
sebagai bahan pangan bernilai tinggi yang dianggap sebagai emas putih, kini
secara berangsur mulai bergeser kedudukannya bahan dengan pemanis alami seperti
madu. (Anonim; blogspot. com. yunindio)Umur tanaman tebu sejak ditanam sampai
bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun.
DiIndonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa, Sumatra dan NTB. Untuk bahan baku dalam pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan
mesin pemeras diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal dan sering
kita konsumsi. dari proses pembuatan tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas
tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molase) dan air.
klasifikasi Tanaman Tebu sebagai berikut :
Kingdom
|
:
Plantae (tumbuhan)
|
Sub
Kingdom
|
:
Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
|
Super
Divisi
|
:
Spermatophyta (menghasilkan biji)
|
Divisi
|
:
Magnoliohyta (tumbuhan berbunga)
|
Kelas
|
:
Liliopsida (berkeping satu/monokotil)
|
Sub
Kelas
|
:
Commelinidae
|
Ordo
|
:
Poales
|
Famili
|
:
Graminae atau Poaceae (suku rumput2)
|
Genus
|
:
Saccharum
|
Spesies
|
: Saccharum
officinarum Linn
|
Jenis –Jenis Hama Pada
Tanaman Tebu
1.
Penggerek Pucuk
ulat dari
jenis kupu-kupu keluarga Pyralidae. Hama ini berwarna putih, berupa kupu-kupu
yang memiliki panjang tubuh sekitar 11 – 15 cm dengan bentangan sayap sekitar
25 – 30cm. Siklus hidup hama ini berlangsung selama 50 – 56 hari dan stadium
pupa 10 – 12 hari. Kupu – kupu ini
meletakkan telurnya di bawah daun atau dekat ibu tulang daun secara berjejer
dan berjumlah sekitar 100 – 150 butir. Telurnya bulat panjang ditutupi dengan bulu
halus seperti beledu berwarna coklat muda. Telur – telur ini biasanya akan manetas dalam
waktu 1 – 2 minggu. Pada saat telur
menetas, menjadi larva (ulat), biasanyasi
ulat muda akan berwarna keabuan, kemudian setelah dewasa berubah menjadi warna
kecoklatan. Ulat ini memiliki panjang
kurang dari 20 mm, memiliki benang sehingga memungkinkan bergelantungan dari
satu batang ke batang yang lain untuk memperluas areal serangan. Serangan ulat
ini melalui tulang daun menuju ke bawah, kemudian masuk dan tinggal di tengah–tengah
batang. Hama ini menyerang tanaman tebu dari mulai tunas umur 2 minggu hingga
umur tanaman tebu dewasa yang siap tebang. Tingkat serangan hama ini mencapai 50% dengan
tingkat kematian batang yang tinggi.
Helai daun terdapat lubang melintang dan ibu tulang daun
terlihat bekas gerekan berwarna coklat. Daun yang terserang akan menggulung dan kering
yang disebut Mati Puser. Apabila
batang dibelah maka akan kelihatan lorong gerekan dari titik tumbuh ke bawah
kemudian mendekati permukaan batang dan sering menembus batang. Oleh karena itu serangan penggerek pucuk dapat
menyebabkan kematian. Pada ruas batang
yang muda yaitu di bawah titik tumbuh terlepas lubang keluar ngengat.
Adapun jenis pengendalian yang dapat dilakukan untuk
mengelola hama tebu yaitu :
Ø Pengendalian Mekanis, yaitu
Pengendalian mekanis dapat langsung dilakukan pada saat melakukan pengamatan di
kebun yaitu dengan memungut atau mengambil telur atau kelompok
telur.
Ø Pengendalian Kultur Teknis atau Budidaya, Pengendalian
dengan cara kultur teknis atau budidaya dapat dilakukan dengan cara Penggunaan
bibit unggul, Penanaman serentak, rotasi tanaman, dan lain-lain.
Ø Pengendalian Hayati atau Biologis
Konservasi Musuh Alami Pelepasan Musuh Alami , yaitu menyebarkan predator atau parasit yang
dapat merugikan hama tersebut.
Ø Pengendalian Kimiawi.menggunakan
berbagai insektisida golonganorganofosfat, carbamate, dan hidrocarbon berklor
yang merupakan alternative terakhir .
2.
Penggerek Batang
Hama berupa ulat ini merusak ruas-ruas
batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat merobohkan tanaman. Gejala pada daun berupa luka-luka berbenuk lonjong atau
bulat. Luka pada daun ini dibatasi oleh
warna cokelat. Pada daun muda juga
terdapat lubang-lubang yang terjadi sewaktu ulat tersebut menggerek masuk ke
dalam pupus daun yang masih menggulung. Pada tanaman yang masih sangat muda gerekan
ulat dapat juga mengakibatkan terjadinya gejala mati puser. Kerusakan yang ditimbulkan penggerek batang berkilat
mengakibatkan penurunan bobot batang tebu serta kemunduran kualitas nira dan
kuantitas nira. Tanaman yang terserang berat akan mati atau batangnya mudah
patah. Luka-luka bekas gerekan larva
dapat menjadi tempat infeksi beberapa macam pathogen (Wirioatmodjo, B. 1977).
Pengendalian dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain:
Ø Dengan penanaman varietas tebu yang
tahan / toleran terhadap serangan penggerek biasanya memiliki cirri daunya
yang tegak, berbulu, pelepah daun sulit di klentek, kulit
batang keras.
Ø Secara kultur teknis dengan sanitasi
lingkungan ari berbagai gulma yang bisa merupakan inang alternative (misal:
Gelagah/tebu liar, gulma
Ø Rottboelia spp. Secara Mekanis
dengan pengacauan perkawinan imago saat musim penerbangan yang dilakukan pada
awal musim hujan (mating distribution) menggunakan feromon seks.
Ø Secara Biologis dengan menggunakan
musuh alami (misal: Trichogramma spp.
Ø Secara Kimiawi dengan menggunakan
berbagai insektisida golonganorganofosfat, carbamate, dan hidrocarbon berklor yang merupakan
alternative terakhir
3.
Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna lanigera)
Anggota
family Aphididae, sifatnya pemakan segala jenis tanaman dan muncul di sepanjang
tahun. Kutu bulu putih hidup berkelompok dibawah permukaan daun. Pada setiap kelompok dijumpai tiga bentuk
stadium kutu yaitu nimpa, serangga dewasa bersayap, dan serangga dewasa yang
tidak bersayap. Pada stadium kutu dan serangga yang tidak bersayap, biasanya ditutupi lapisan lilin berwarna hijau
keabuan. Kutu bulu putih menyerang tanaman tebu dengan cara mengisap cairan
atau nira dari daun, kemudian mengeluarkan kotoran embun madu yang mengundang
kehadiran semut dan kapang jelaga.
cara pengendaliannya ada 3 macam yaitu ;
Ø Mekanis, daun – daun yang
terserang dipotong, di masukkan kedalam
kantong plastic dan dibawa keluar untuk kemudian dibakar. Dapat pula dilakukan dengan mengulas daun yang
terserang dengan kain basah atau tanah.
Ø Biologis, dilakukan dengan pelepasan kerawai yang berisi parasit
kutu yaitu Encarsia flavoscutellum Zehntner. Parasit ini meletakkan telur – telurnya
didalam kutu muda.
Ø Kimiawi, dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida sistemik. Penyemprotan sebaiknya diarahkan pada
permukaan daun sebelah bawah dan daun – daun pucuk.
4.
Kutu Perisai Batang
Hama yang
menyerang bagian daun. Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk
barisan dibagian tulang daun. Sesuai
namanya, kutu ini memiliki bentuk fisik seperti perisai pada punggungnya. Pengendalian
sederhananya dapat secara kimiawi yaitu dengan penyemprotan insektisida
organoposfat atau dengan cara pembakaran.
5.
Belalang
gejala
penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng. Pengendalian hama belalang dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu dengan menggunakan umpan dan penyemprotan kimia. Umpan dibuat dari dedak yang dicampur dengan 0,
1 % insektisida. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida
dengan cara pengabutan.
6.
Ulat Grayak
jenis – jenisnya Anticyra combusta, Spodoptera mauritia, Leucania sp, ulat ini menyerang dan merusak daun muda
maupun tua. Ulat
grayak sangat ditakuti oleh petani karena setiap musim panen hama ini selalu
ada. Hama ini menyerang tanaman tebu pada semua stadia. Serangan terjadi pada
malam hari dan siang harinya, larva ulat "grayak" bersembunyi pada
pangkal tanaman, dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi. Serangan
ulat ini memakan helai-helai daun dimulai dari ujung daun dan tulang daun utama
ditinggalkan sehingga tinggal tanaman tebu tanpa helai daun. Pada tanaman yang
telah membentuk malai, ulat "grayak" kadang-kadang memotong tangkai
malai, bahkan ulat "grayak" ini juga menyerang tebu yang sudah mulai
menguning . Batang tebu yang mulai menguning itu membusuk dan mati yang
akhirnya menyebabkan kegagalan panen.
Pengendalian dapat dilakukan
dengan cara sbb:
·
pengendalian
secara biologi antara lain dengan memanfaatkan predator laba-laba antara lain
Oxyopes sp, Lycosa sp dan parasitoid Eurytoma poloni, penggunaan jamur patogen
serta menggunakan serangga lain Beauveria bassiana;
·
pembrantasan
dengan menggunakan pestisida hanya dilakukan bila populasi ulat grayak mencapai
ambang pengendalian dengan azas 6 tepat (jenis, dosis, konsentrasi, cara, waktu
dan sasaran);
·
pembersihan/sanitasi
lingkungan disekitar lahan pesemaian/ pertanaman;
·
penggenangan
pesemaian/pertanaman;
·
pengendalian
dengan insektisida efektif yang terdaftar dan diijinkan pada saat larva ulat
grayak masih kecil dan bila telah ditemukan rata-rata ≥ 2 ekor per rumpun;
dan
·
penggenangan
dilakukan agar ulat naik ke batang dan dilakukan penyemprotan pada malam hari,
dengan cara ini hasilnya lebih efektif.
7.
Rayap
jenis – jenisnya Macrotermes gilvus
dan micro-certemes sp. Biasanya rayap pekerja memasuki bibit bagal
melalui bidang pangkasnya memakan bagian dalam yang lunak. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan
mencari dan membongkar rumah rumah rayap. Sedangkan kimiawi, disiramkan 1% larutan insektisida kedalamnya.
8.
Cacing Mikro (nematoda)
kantong
cacing betina melekat atau seluruhnya berada di dalam jaringan akar sehingga
terbentuk benjolan (umbi) dekat ujung akar.
9.Tikus
merupakan hama yang kerap kali menyerang
tanaman tebu yang menyerang batang.Pengendaliannya dapat dilakukan dengan
memanfaatkan predator atau musuh alami dari tikus misalnya kucing, ular, burung
hantu atau anjing.
10. Uret Tanah
Uret tanah merupakan larva dari kumbang. Ulet yang biasanya menyerang akar tanaman tebu
adalah Lepidiota stigma, Leucopholis rorida, Psilopholis sp. , dan Pachnessa
nicobarica. ulet tanah berukuran 3 – 4cm, bentuknya mirip huruf C, beruas –
ruas, dan berwarna putih atau coklat kekuningan. Serangan uret tanah biasanya
terjadi pada tanaman tebu yang diusahakan di lahan kering tipe tanah ringan
berpasir. Stadium ulet yang menyerang akar tanaman tebu adalah instar 3, yakni stadium rakus karena dapat menimbulkan
kerusakan ekonomis. Gejala serangan ulet
tanah yang dapat diamati adalah tanaman terlihat seperti mengalami kekeringan, mudah roboh dan mudah dicabut karena akar –
akarnya sudah rusak. Serangan berat pada
tanaman tebu dewasa dapat menyebabkan berkurangnya bobot tebu atau rendeman
gula secara drastis.
Pengendalian dilakukan secara mekanis dengan menangkap kumbang pada sore/malam
hari dengan perangkap lampu biasa atau dengan pengolahan tanah untuk membunuh
larva uret, penanaman menghindari musim serangan uret (Juni – Juli) atau dengan
agensia hayati (Metarhizium atau Beauveria bassiana).
DAFTAR PUSTAKA
Agronomi
Indonesia Hama Penyakit Tebu Geryagronomi. blogspot. com. (Diakses
(28 Desember 2016).
Anonim ;Budidaya Tanaman Tahunan. Makalah. blogspot. com. yunindio. Diakses
(Diakses 28
Desember 2016).
Budidaya Tanaman Semusim Budidaya Tebu (Saccharum officinale) Pada
Lahan
Des
2016).
Hama dan Penyakit yang sering mengganggu Tanaman Tebu. Anneahera. com ; Sawah
dan Lahan Kering (Di akses 28 Desember 2016).
Klasifikasi Tanaman Tebu Wordpress. com.
ambhen blog ; (Diakses 28 Des 2016)
Pengendalian
Hama Pada Tanaman Tebu www. petanihebat. com ;(Diakses 28 28 Des 2016
Suryana,
A. , 2007. Prospek Dan Arah Pengembangan
Agribisnis Tebu.Badan Penel
itian Dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Wirioatmodjo,
B. 1977. Biologi
Lalat Jatiroto, Diatraeophaga striatalis
Townsend, dan
Penerapannya dalam Pengendalian Penggerek Berkilat, chilo
auricilius
dudgeon. IPB. Bogor.
Comments
Post a Comment